top of page

Tantangan Sekolah Berbiaya Rendah: Menyeimbangkan Mutu dan Keterjangkauan

Diperbarui: 27 Mar

Sebagai negara kepulauan yang luas dengan populasi besar yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan berat dalam menyediakan pendidikan bermutu bagi semua warganya. Meski pemerintah telah banyak mengalami kemajuan dalam meningkatkan pendidikan publik, banyak keluarga masih harus berjuang untuk membayar biaya sekolah yang semakin tinggi. 


Populasi usia sekolah antara 7 dan 18 tahun di Indonesia yang tidak atau kurang mengenyam pendidikan karena kondisi ekonomi, lingkungan terpencil atau tertinggal, disabilitas atau sebab lainnya, masih tinggi.


Bertepatan momentum Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei lalu, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkap data anak tidak sekolah di Indonesia. Ditemukan sebanyak 3.094.063 anak Indonesia yang tidak sekolah.


Hingga tahun 2023, sekitar 60 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas tidak menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas atau lebih. Di sisi lainnya, sekitar 3,4 persen penduduk Indonesia tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah.


Padahal pasal 34 ayat (2) Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20/2003 mengamanatkan “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya” dan ini seharusnya mencakup pendidikan dasar baik di sekolah negeri maupun swasta. 


Keterbatasan sumber daya pemerintah Indonesia menjadikan peran sektor swasta penting dalam memperluas akses yang merata pada pendidikan bagi semua. Disinilah sekolah swasta berbiaya rendah, yang mencoba menawarkan pendidikan yang terjangkau, dapat mengisi celah yang ada.


Sekolah-sekolah ini memainkan peran penting dalam memastikan bahwa anak-anak dari komunitas yang terpinggirkan memiliki akses ke pendidikan, membantu menjembatani kesenjangan pendidikan dan mempromosikan kesetaraan sosial.


Sekolah berbiaya rendah di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk, termasuk yng didirikan lembaga atau komunitas dan sekolah seperti pesantren dan madrasah. Secara kolektif kedua lembaga terakhir ini mendaftarkan hampir 1/5 dari semua siswa sekolah dasar di negara ini.


Namun sekolah berbiaya rendah menghadapi berbagai tantangan yang menghambat kemampuan mereka untuk menyediakan pendidikan berkualitas. Salah satu masalah yang paling mendesak adalah pendanaan. 


Sekolah-sekolah ini sangat bergantung pada subsidi pemerintah dan donasi, yang biasanya tidak dapat diandalkan dan tidak mencukupi untuk memenuhi biaya operasional mereka. Akibatnya, mereka mungkin kesulitan menarik guru bermutu, mempertahankan fasilitas yang memadai, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan anak didiknya.


Akses terhadap dana pemerintah seharusnya tidak eksklusif hanya bagi sekolah negeri saja, namun juga bagi sekolah swasta yang mengikut ‘kurikulum modern’ atau ‘kurikulum nasional’ serta mempertahankan Standar Pelayanan Minimal.


Dukungan pemerintah untuk sekolah swasta sebagian besar terbatas pada bantuan siswa miskin dan dana hibah. Semenjak pengenalan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada tahun 2005, mayoritas dukungan keuangan pemerintah bagi sekolah swasta disalurkan melalui BOS yang besarannya berdasarkan jumlah murid.  


Sekolah negeri selain menerima kedua jenis bantuan diatas juga menerima investasi langsung seperti lahan dan bangunan serta dana untuk menutupi gaji guru dan staf sekolah, dan juga subsidi.


Tantangan signifikan lainnya yang dihadapi oleh sekolah berbiaya rendah adalah kualitas pendidikan walaupun dalam beberapa mata pelajaran, riset Center for Indonesian Policy Studies memperlihatkan keunggulan dari sekolah yang lebih makmur. Meskipun berusaha menyediakan pendidikan yang layak, sekolah-sekolah ini mungkin tidak selalu memenuhi standar yang sama dengan lembaga yang lebih makmur. 


Sumber daya yang terbatas, kurangnya guru berkualitas dan kepadatan siswa dapat mempengaruhi mutu pengajaran dan hasil belajar siswa. Kurikulum yang mungkin tidak selengkap atau seaktual di sekolah dengan biaya lebih tinggi, membatasi peluang siswa secara akademis.


Meskipun menghadapi tantangan-tantangan ini, sekolah berbiaya rendah tetap menjadi komponen vital dari sistem pendidikan Indonesia. 


Mereka menawarkan harapan kepada banyak anak yang mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan, memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan kehidupan mereka dan berkontribusi pada pengembangan komunitas mereka. 


Untuk memastikan bahwa sekolah-sekolah ini dapat terus menyediakan pendidikan berkualitas, penting untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi melalui dukungan pemerintah yang meningkat, mekanisme pendanaan yang lebih baik, dan intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan fasilitas. 


Kolaborasi antara pemerintah, LSM dan komunitas setempat juga penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih merata yang dapat melayani semua anak, apapun latar belakang maupun lokasi mereka dan sekolah swasta berbiaya rendah menyediakan opsi yang baik. 


Dengan melakukan hal ini, sekolah swasta berbiaya rendah di Indonesia dapat menawarkan pendidikan yang lebih bermutu, adil dan inklusif yang tidak saja dapat diandalkan tetapi juga terjangkau untuk membantu menjembatani jurang pendidikan dan mendorong kesetaraan sosial.


Simak video tentang Sekolah Swasta Murah di Jakarta berikut!




Comments


Commenting on this post isn't available anymore. Contact the site owner for more info.
  • Youtube CIPS
  • Twitter CIPS
  • Instagram CIPS
  • LinkedIn CIPS
  • Email CIPS
bottom of page