Hari Pangan Sedunia dan Fokus Indonesia Dalam Memperkuat Ketahanan Pangan
- Bhimanto Suwastoyo

- 31 Okt
- 3 menit membaca
Setiap tanggal 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia sebagai momentum refleksi atas tantangan dan pencapaian dalam mewujudkan ketahanan pangan global. Peringatan ini bertepatan dengan hari berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, dan menjadi panggilan bagi semua negara untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap pangan yang cukup, bergizi, dan aman.
Dunia memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS) setiap tanggal 16 Oktober, sebuah peringatan yang bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi merupakan panggilan mendesak untuk bertindak. Sebuah pengingat global bahwa bagi miliaran orang, akses terhadap makanan yang cukup, bergizi, dan aman masih menjadi tantangan yang sulit.
Di tengah kompleksitas masalah pangan global dan domestik, peringatan HPS menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk merefleksikan dan memperkuat komitmen terhadap ketahanan pangan nasional.
Sebagai negara dengan populasi besar dan keragaman geografis, Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam mewujudkan ketahanan pangan. Menurut Global Food Security Index (GFSI) tahun 2022, Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 113 negara, tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura (ke-28), Malaysia (ke-41), dan Vietnam (ke-46).
Salah satu hambatan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia adalah stagnasi produktivitas lahan pertanian, khususnya pada komoditas strategis seperti padi, kedelai, dan bawang merah.
Meskipun luas lahan pertanian relatif stabil dan berbagai program intensifikasi telah dijalankan, peningkatan hasil panen per hektar belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam satu dekade terakhir.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap stagnasi ini meliputi rendahnya adopsi teknologi pertanian modern, keterbatasan akses petani terhadap benih unggul dan pupuk berkualitas, serta minimnya investasi dalam riset dan pengembangan varietas tahan iklim ekstrem.
Perubahan iklim yang menyebabkan pola cuaca tidak menentu turut memperburuk produktivitas, terutama di daerah yang bergantung pada sistem irigasi tradisional dan metode tanam konvensional.
Selain itu, kebijakan subsidi dan distribusi pupuk yang belum merata membuat petani kesulitan meningkatkan hasil panen secara konsisten.
Diperlukan pendekatan terpadu yang mencakup reformasi kebijakan pertanian, promosi pola makan sehat, dan peningkatan akses terhadap pangan bergizi di seluruh lapisan masyarakat.
Keterjangkauan dan akses terhadap pangan merupakan dimensi krusial dalam ketahanan pangan, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah. Di Indonesia, banyak keluarga harus mengalokasikan antara 50 hingga 70 persen dari total pendapatan mereka hanya untuk membeli bahan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, telur, dan gula.
Proporsi pengeluaran yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa pangan bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi juga beban ekonomi yang signifikan bagi kelompok rentan. Situasi ini diperparah oleh fluktuasi harga pangan yang kerap terjadi akibat gangguan pasokan, kebijakan perdagangan yang proteksionis, atau bencana alam.
Selain itu, akses fisik terhadap pangan juga menjadi tantangan di wilayah terpencil atau daerah dengan infrastruktur distribusi yang terbatas. Di banyak desa, harga pangan bisa jauh
lebih tinggi dibandingkan di kota karena biaya logistik yang mahal dan keterbatasan pasokan.
Ketimpangan ini menciptakan kesenjangan gizi antar wilayah dan memperkuat siklus kemiskinan. Untuk mengatasi masalah keterjangkauan dan akses, diperlukan kebijakan yang berpihak pada konsumen, seperti pembukaan perdagangan pangan strategis, subsidi yang tepat sasaran, serta penguatan sistem distribusi pangan nasional.
Pendekatan ini harus disertai dengan edukasi gizi dan pemberdayaan ekonomi rumah tangga agar mereka tidak hanya mampu membeli pangan, tetapi juga memilih makanan yang sehat dan bergizi.
Hari Pangan Sedunia adalah momen untuk merayakan kemajuan dan memperbaharui komitmen. Bagi Indonesia, mewujudkan ketahanan pangan juga tentang memastikan semua
warga negara memiliki hak untuk mengakses pangan yang cukup, bernutrisi, dan terjangkau
yang merupakan sebuah hak asasi manusia mendasar.
Hari Pangan Sedunia bukan sekadar peringatan simbolis, melainkan panggilan untuk bertindak. Di tengah tantangan global dan domestik, peran lembaga seperti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menjadi krusial dalam menjembatani kepentingan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Melalui riset, advokasi, dan edukasi publik, CIPS membantu membentuk kebijakan yang lebih adil, efisien, dan berkelanjutan.
Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga soal akses, keberlanjutan, dan kebebasan individu untuk menentukan pilihan makanannya. Perubahan kebijakan dapat menjadi kunci untuk masa depan pangan Indonesia yang lebih baik.
Hari Pangan Sedunia adalah momen untuk merayakan kemajuan dan memperbaharui komitmen. Bagi Indonesia, mewujudkan ketahanan pangan bukan hanya tentang mencapai swasembada produksi semata, tetapi juga tentang memastikan semua warga negara memiliki hak untuk mengakses pangan yang cukup, bernutrisi, dan terjangkauāsebuah hak asasi manusia mendasar.
Peran CIPS dalam mengadvokasi reformasi kebijakan yang berani, berbasis pasar, dan evidence-based menawarkan jalan yang lebih berkelanjutan menuju ketahanan pangan yang sejati. Dengan memprioritaskan keterjangkauan harga, transparansi data, dan menghilangkan hambatan yang tidak efisien, Indonesia dapat menciptakan sistem pangan yang lebih adil dan tangguh bagi semua.
Mari jadikan setiap Hari Pangan Sedunia sebagai motivasi untuk mendukung kebijakan yang
benar-benar membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu harga pangan yang mahal dan ancaman kelaparan. Keterjangkauan pangan adalah kunci untuk masa depan Indonesia yang
lebih makmur dan berdaya.
Untuk mewujudkan keterjangkauan pangan yang membebaskan rakyat dari harga mahal, kita butuh sistem yang adil. CIPS meluncurkan MAPAN (Masa Depan Pangan), sebuah inisiatif kolaboratif untuk mendorong kebijakan berbasis bukti yang memastikan petani, nelayan, dan seluruh masyarakat dapat mapan (memiliki pemasukan stabil dan pangan terjamin). Nantikan info selengkapnya.









Komentar