Peningkatan produktivitas pangan, baik tanaman pangan maupun hortikultura, perlu didorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini juga perlu diupayakan untuk merespons berbagai tantangan di sektor pertanian. Salah satu cara untuk mendorongnya adalah melalui reformasi kebijakan di sektor input pertanian.
“Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca dan ketidakpastian musim tanam, salah satunya, mengakibatkan penurunan produksi. Urgensi untuk peningkatan produktivitas, alih-alih membuka lahan baru, menjadi semakin besar,” jelas Head of Agriculture Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta.
Beberapa tantangan lain yang dihadapi petani adalah terbatasnya kesempatan kerja di pedesaan, menurunnya kepemilikan lahan pertanian oleh rumah tangga pertanian sehingga menyebabkan semakin banyak petani yang menjadi petani penggarap atau buruh tani, serta keterbatasan pengetahuan dan akses terhadap penggunaan input yang optimal.
Statistik menunjukkan produktivitas padi, kedelai, dan bawang merah cenderung landai dalam beberapa tahun terakhir dengan masing-masing di angka 5 ton per hektar gabah kering giling, 1,5 ton per hektar biji kering dan 10 ton per hektar. Sementara itu, produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektar pada 2019 lalu.
Belajar dari kesuksesan peningkatan produktivitas tanaman jagung, salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong produktivitas tanaman padi adalah dengan meningkatkan skala penggunaan varietas unggul, khususnya padi jenis hibrida. Hingga saat ini tingkat penerimaan petani terhadap benih padi hibrida masih sangat rendah.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, hal lain yang dapat dilakukan adalah mendorong penggunaan kombinasi input pertanian, seperti pupuk, secara optimal dan tepat. Demi mendukung hal ini, akses terhadap input pertanian yang berkualitas dan terjangkau perlu lebih didorong.
Program-program subsidi dan bantuan masih perlu direformasi untuk mendorong peningkatan produktivitas melalui penggunaan input yang optimal. Program-program ini masih menemui kendala seperti kelangkaan pupuk, disparitas harga dan penciptaan secondary market, pilihan yang terbatas, overdosis urea (pemupukan tidak seimbang), kurangnya penggunaan benih unggul, dan anggaran subsidi yang relatif besar.
Penelitian CIPS merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas petani melalui program di bidang input pertanian. Yang pertama adalah perlunya perencanaan jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap subsidi dan bantuan. Secara bertahap, hal ini dapat didorong dengan melakukan transisi dari subsidi tidak langsung menjadi direct payment (pembayaran langsung ke petani).
Direct payment dapat menghilangkan disparitas harga karena subsidi barang, memberikan akses terhadap pilihan jenis input yang lebih banyak, menghindari perverse incentive, dan sebagai insentif untuk mengkombinasikan pembelian sesuai kebutuhan optimal.
Sementara itu, dukungan sisi suplai input juga penting dilakukan melalui pengembangan varietas unggul baru, relaksasi impor bahan baku pupuk serta benih tetua/benih sumber. Selain itu, sektor pertanian juga membutuhkan investasi pada infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, jaringan irigasi, internet, dan akses transportasi laut.
“Peningkatan kapasitas dan pengetahuan petani juga diperlukan melalui kegiatan penyuluhan, baik yang disediakan pemerintah maupun swasta,” tambahnya.
コメント