Harga Daging Sapi Naik Jelang Ramadan: Efisiensi Kuota Impor Dipertanyakan - Food Monitor Updates Q1 2025
- Center for Indonesian Policy Studies
- 29 Apr
- 2 menit membaca
Diperbarui: 30 Apr
(Panduan: arahkan kursor dan klik pada grafik untuk melihat detail harga)
Harga daging sapi cenderung mengalami kenaikan sepanjang Januari hingga Maret atau kuartal pertama 2025. Adapun kenaikan ini dapat disebabkan oleh kenaikan permintaan selama bulan Ramadan dan realisasi impor yang terlambat.
Kenaikan harga yang dipicu perubahan pola konsumsi di bulan Ramadan.
Secara tahunan (y-o-y), harga daging sapi pada bulan Maret 2025 mengalami peningkatan sebesar 1,93%. Kenaikan di bulan Maret lebih tinggi daripada kenaikan harga tahunan di bulan Januari 2025 (0,11%) dan Februari 2025 (0,59%). Pola yang sama juga ditemui pada kenaikan harga bulanan (m-to-m), di mana kenaikan terbesar tercatat di bulan Maret sebesar 1,33%. Kenaikan ini dapat disebabkan peningkatan permintaan daging masyarakat di bulan Ramadan dan jelang hari raya Idul Fitri yang berlangsung sepanjang Maret 2025.
Keterlambatan impor yang menghambat kelancaran pasokan daging.
Adapun kenaikan harga daging sapi di periode iniĀ juga tidak bisa dilepaskan dari lambatnya realisasi impor.Ā Pada Senin, 9 Desember 2024, kuota impor awalnya ditetapkan sebesar 180.000 ton. Kuota sebesar 100.000 ton ditujukan untuk swasta, sedangkan ditujukan 80.000 ton untuk BUMN. Namun, sejak 5 Februari 2025, kuota untuk swasta dikurangi menjadi 80.000 ton dan sisanya dialihkan ke BUMN.Ā Kebijakan ini menimbulkan risiko terhadap kelancaran pasokan, mengingat pelaku swasta umumnya lebih gesit dalam distribusi dan penyesuaian pasar. Terlebih lagi, Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia (APPDI) juga menyatakan bahwa industri pengolahan daging berpotensi mengalami kerugian yang cukup besar akibat suplai bahan baku yang terhambat.
Pentingnya mekanisme impor yang efisien dalam menjaga kestabilan harga.
Meskipun Badan Pangan Nasional menyatakan bahwa kuota swasta akan dipertimbangkan kembali menjadi 100.000 ton setelah impor terealisasi 50%, hal ini semestinya menjadi alarm bahwa kebijakan impor kita masih belum efisien mengingat adanya ketidakpastian dalam prosedur impor daging sapi. Perubahan kuota impor swasta tanpa mekanisme yang jelas dan transparan akan berdampak pada inefisiensi harga dan menurunnya daya saing industri pengolahan daging . Terlebih lagi proses penentuan kuota impor yang panjang dan dominasi BUMN tanpa persaingan terbuka mempersulit distribusi yang merata dan kompetitif.
Jika kebijakan impor daging dibuka lebih transparan dan akomodatif terhadap pelaku swasta, maka pasar akan menjadi lebih responsif dan harga lebih stabil.Ā Industri pengolahan daging dalam negeri juga bisa tumbuh karena ketersediaan bahan baku yang lebih terjangkau.
Suka dengan analisis ini dan ingin tahu tren harga untuk komoditas beras, gula, kedelai, jagung, bawang putih dan gandum? Berlangganan CIPS Food Monitor sekarang, GRATIS!
Apa saja manfaat berlanggan CIPS Food Monitor?Ā
Akses ke database komoditas pangan yang diperbarui tiap kuartal
Akses ke data pangan komprehensif yang meliputi produksi, konsumsi, impor-ekspor, harga, dan regulasi
Sumber data tujuh komoditas pangan yang tepercaya
Laporan triwulanan yang berisi analisis pada satu komoditas utamaĀ
Unduh dan baca penelitian CIPS terkait daging sapi di publikasi berikut:
Comments