top of page

Anomali Harga Beras di Indonesia Berlanjut, Biaya Produksi Masih Saja Tinggi

Diperbarui: 8 Des


Anomali di Pasar Beras Indonesia

Harga beras pada kuartal III 2025 (Juli, Agustus, September) belum mengalami penurunan dari kuartal II, di mana harga masih tetap berada di atas rata-rata tahunan.Ā 


Kondisi ini terjadi meskipun adanya prediksi peningkatan produksi beras oleh BPS yang jumlahnya lebih tinggi daripada tahun 2024, dan adanya operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan krusial: Jika ada peningkatan pasokan beras, mengapa harga tidak kunjung turun?


Artikel ini merangkum temuan dari Laporan CIPS Food Monitor Kuartal III 2025 yang mengurai anomali tersebut dengan melihat data terkini, menganalisis kebijakan pemerintah, dan menyajikan rekomendasi untuk mencapai stabilitas harga jangka panjang.


Data Beras Terkini Kuartal III 2025: Harga Stagnan di Tingkat Tinggi

Harga beras pada Kuartal III 2025 (Juli, Agustus, September) melanjutkan tren dari kuartal sebelumnya, yaitu tetap berada di atas rata-rata tahunan.


Harga di Tingkat Konsumen dan Grosir

  • Terjadi kenaikan tahunan (y-o-y) sebesar 2,93% menjadi Rp15,800 pada September 2025 dibandingkan September 2024 di tingkat konsumen.

  • Kenaikan bulanan harga konsumen (m-to-m) tertinggi terjadi antara Juli dan Agustus, naik 1,92% dari Rp15.600/kg menjadi Rp15.900/kg.

  • Kenaikan harga grosir secara bulanan (m-to-m) bergerak seiringan dengan harga konsumen, dengan kenaikan tertinggi di antara Juli dan Agustus sebesar 1,37% menjadi Rp 14.750/kg.


Harga di Tingkat Produsen

  • Terjadi kenaikan tahunan (y-o-y) sebesar 7,97% pada September 2025 dibandingkan September 2024.

  • Terjadi kenaikan (m-o-m) selama dua bulan berturut-turut, yakni 4,67% dari Juli ke Agustus, kemudian naik lagi Rp100 pada September.


Tren harga domestik yang terus meningkat seperti halnya di kuartal II 2025. Menariknya, kenaikan harga tahunan (y-o-y) di tingkat produsen jauh lebih tinggi daripada harga konsumen. Adapun tren tersebut juga beriringan dengan kenaikan indeks harga produsen di sektor pertanian dan peternakan sebanyak 1.3% dari 159,11 menjadi 161,29 antara kuartal II dan kuartal III 2025. Hal ini mengindikasikan tingginya biaya produksi sebagai penyebab tingginya harga beras di kuartal III 2025.


Operasi Pasar: Efektif Sesaat, Terbatas untuk Jangka Panjang

Dalam menyikapi tingginya harga beras, pemerintah melalui Bapanas dan Bulog masih menggunakan pengendalian harga melalui operasi pasar dan penentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di tingkat konsumen. Meskipun berpotensi menurunkan harga dalam jangka pendek, kebijakan HET akan mempersulit operasional produsen beras apabila tidak ada penurunan signifikan di biaya produksi beras. Apabila HET yang ditetapkan tidak cukup untuk menutupi biaya produksi beras, produsen beras tidak akan berproduksi sehingga ketersediaan beras justru berkurang.Ā 


Meningkatnya biaya produksi mengurangi efektifitas operasi pasar dalam menurunkan harga di tingkat konsumen. Operasi pasar cenderung lambat dalam mengantisipasi dinamika harga dikarenakan proses birokrasi rumit. Belum lagi jika biaya produksi - yang di luar jangkauan Bulog - terus meningkat. Menekan biaya produksi perlu mendapat perhatian yang lebih besar sekarang, ketimbang hanya mengandalkan operasi pasar. Penguatan daya saing dan produktivitas produsen beras menjadi kunci dalam penurunan harga beras dalam jangka panjang.


Solusi Lewat Penguatan Produktivitas dan Kemudahan dalam Berproduksi

Upaya penurunan harga beras dalam jangka panjang yang efektif sebaiknya dilakukan melalui peningkatan produktivitas dari produsen beras yang meliputi petani dan penggiling beras.


Berikut adalah rekomendasi utama dari CIPS:

  1. Investasi teknologi pertanian, termasuk benih unggul dan mekanisasi

  2. Modernisasi industri penggilingan beras

  3. Perbaikan infrastruktur logistik untuk menurunkan biaya distribusi

  4. Perluasan akses petani terhadap modal dan pasar


Kebijakan yang berfokus pada peningkatan efisiensi produksi dan distribusi akan menjadi kunci untuk memastikan stabilitas harga beras. Melalui pendekatan ini, produsen beras dapat meningkatkan hasil produksi sekaligus menekan biaya produksi.



Tertarik melihat data komoditas pangan lainnya? Berlangganan CIPS Food Monitor sekarang, GRATIS!


Apa saja manfaat lainnya?Ā 

  • Database komoditas pangan yang diperbarui setiap kuartalĀ 

  • Data pangan komprehensif yang meliputi produksi, konsumsi, impor-ekspor, harga, dan regulasi

  • Sumber data tujuh komoditas pangan yang terpercaya

  • Laporan triwulanan yang berisi analisis pada satu komoditas utamaĀ 




Komentar


Mengomentari postingan ini tidak tersedia lagi. Hubungi pemilik situs untuk info selengkapnya.
  • Youtube CIPS
  • Twitter CIPS
  • Instagram CIPS
  • LinkedIn CIPS
  • Email CIPS
bottom of page