Belakangan ini semakin sering kita mendengar keluhan pejabat yang ramai-ramai menyalahkan El Niño sebagai fenomena alam dibalik berbagai permasalahan seperti kelangkaan beras, meroketnya harga beberapa komoditas pokok belakangan dan juga meningkatnya bencana alam seperti banjir dan longsor.
Tapi apa sih sebenarnya El Niño ini dan apakah benar tudingan bahwa fenomena alam ini menjadi pemicu permasalahan pangan di Indonesia?
El Niño adalah fenomena iklim yang terjadi secara periodik di Samudra Pasifik. Ini merupakan bagian dari fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO), yang mencakup siklus antara El Niño dan La Niña.
El Niño ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut secara abnormal di bagian tengah
dan timur Samudra Pasifik menjadi lebih hangat dari biasanya serta melemahnya angin pasat.
Akibatnya, curah hujan di Indonesia menurun sedangkan suhu udara relative meningkat. dan hal ini dapat memiliki dampak luas terhadap pola cuaca secara global, termasuk di Indonesia, yang rentan mengalami kekeringan ketika terjadi El Nino.
Fenomena ini biasanya terjadi sekitar dua sampai tujuh tahun sekali dan dapat mempengaruhi bebagai aspek dari lingkungan kita, dari pertanian hingga pola cuaca.
Sebenarnya sih ada berapa tanda utama yang merupakan ciri khas El Niño yaitu terjadinya peningkatan suhu permukaan laut di wilayah tengah dan timur Samudra Pasifik tropis serta
perubahan besar dalam sirkulasi atmosfer dan oseanografi di seluruh dunia.
Sementara bila berbicara dampaknya, El Niño biasanya mengakibatkan penurunan curah hujan yang signifikan, kekeringan, aktivitas badai tropis yang lebih tinggi, dan perubahan dalam pola angin.
Selama periode El Niño, risiko peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan juga meningkat. Di Indonesia, peristiwa El Niño mengakibatkan berbagai dampak yang mempengaruhi cuaca serta pertanian.
Salah satu efek utamanya di Indonesia adalah terjadinya pergeseran pola hujan. Pergeseran
ini membawa perubahan pada waktu mulai tanam berbagai tanaman komoditas yang sangat bergantung kepada aliran dan ketersediaan air secara reguler, seperti halnya padi dan jagung.
Keterlambatan musim tanam akan mengundurkan masa panen dan mengakibatkan kekurangan pasokan komoditas yang terkait dan segala akibat sampingannya, termasuk meningkatnya harga.
El Niño dapat menyebabkan kekurangan air, mengganggu pertumbuhan tanaman, dan mengurangi hasil panen. Kekeringan yang dikaitkan dengan El Niño ini dapat membawa konsekuensi seperti gagal panen atau paling tidak kerusakan panen atau produktivitas yang
menurun.
Ketika El Niño terjadi, Indonesia cenderung mengalami kondisi yang lebih kering dari biasanya, dan ini mengakibatkan curah hujan yang lebih rendah di banyak daerah. Kekeringan, kelangkaan air serta risiko kebakaran hutan yang meningkat merupakan antara lain dampak dari perubahan pola hujan ini.
Kelangkaan air juga dapat berakibat pada berkurangnya kelembaban tanah, menjadikannya
lebih sulit bagi petani untuk menanaminya secara efektif.
Pada beberapa kasus ekstrim, kekeringan yang berkepanjangan yang diakibatkan oleh El Niño dapat berakibat pada gagal panen, kelangkaan pangan serta penderitaan ekonomis bagi petani serta komunitas yan bergantung pada pertanian untuk kehihdupan mereka.
Kondisi cuaca yang tidak biasa dapat memicu penyebaran serta serangan hama dan patogen penyakit pada tanah. El Niño juga dapat memengaruhi kualitas hasil panen serta berdampak pada sektor-sktor diluar pertanian.
Indonesia dapat mengalami suhu tinggi, gelombang panas serta perubahan pola angin, kesemuanya kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, meningkatkan risiko penyakit yang terkait suhu tinggi serta menambah beban pada infrastruktur serta sumber daya energi.
Walaupun El Niño memang lebih sering diasosiasikan dengan kondisi kekeringan dia juga dapat melokalisir hujan deras dan banjir di beberapa bagian dari negeri ini.
Peristiwa peristiwa cuaca ekstrim ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, rumah serta sumber kehidupan, mengganggu kehidupan sehari-hari dan membawa resiko terhadap keamanan masyarakat.
Untuk menanggulangi dampak negatif El Nino pada sektor pertanian di Indonesia: ada beberapa langkah yang dapat diambil, termasuk dengan pengembangan sistem monitoring
El Nino yang lebih komprehensif dan terpadu. Oleh pemerintah.
Petani perlu memantau perkembangan cuaca secara teratur. Dengan mengetahui perubahan cuaca, petani dapat mengatur jadwal penanaman, sistem irigasi, dan perawatan
tanaman dengan tepat.
Petani harus melakukan konservasi air agar tanaman tetap mendapatkan pasokan air yang cukup. Menggunakan sistem irigasi yang efisien seperti irigasi bergilir, penggunaan sumber
air, dan normalisasi saluran dapat membantu menjaga pasokan air ke lahan pertanian. Peremajaan dan pembangunan sistem irigasi juga dapat mengurangi dampak negatif El
Nino.
Perlu juga petani mempertimbangkan untuk menanam berbagai jenis tanaman yang tahan
terhadap kekeringan. Diversifikasi pangan membantu mengurangi risiko kerugian akibat El
Nino.
Dalam menangani dampak El Niño, pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi bekerja
memonitor pola iklim, mengeluarkan peringatan dini serta melaksanakan strategi untuk
memitigasi dampak dari fenomena alam ini.
Ini termasuk usaha-usaha memperbaiki tata kelola air, meningkatkan ketahanan pertanian serta persiapan dalam menghadapi peristiwa iklim ekstrim melalui langkah-langkah untuk mengurangi risiko bencana.
Secara umum, dampak El Niño di Indonesia menggaris bawahi sifat interkonektif dari sistem
iklim kita serta pentingnya memahami dan beradaptasi pada perubahan perubahan pada kondisi lingkungan.
Dengan mempelajari dan menyiapkan diri untuk menghadapi efek efek dari El Niño, Indoesia akan dapat menjaga masyarakatnya, pertanian serta lingkunganya dengan lebih baik sebagai bagian dari cara menghadapi tantangan tantangan yang dihardirkan oleh fenomena iklim ini.
Comments