Mengapa Impor Beras Seharusnya Tidak Menjadi Momok Menakutkan
- Bhimanto Suwastoyo
- 27 Sep 2024
- 3 menit membaca
Sektor pertanian masih merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama bagi lebih dari seperempat penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 270 juta orang, namun negeri ini masih merupakan importir besar beras, bahan pokok utama bangsa ini. Mari kita cermati mengapa….
Ungkapan “kalau belum makan nasi, belum makan namanya,” mencerminkan betapa pentingnya beras bagi mayoritas orang Indonesia, sehingga ketersediaannya dan keterjangkauannya pun menjadi penting bagi ketahanan pangan negeri ini.
Tetapi, Indonesia yang notabene salah satu produsen beras utama dunia, masih saja mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan komoditas pangan dalam negerinya secara konsisten.
Tahun 2023 saja, impor beras mencapai 2,8 juta ton, jumlah tertinggi dalam lima tahun belakangan ini. Produksi domestik yang lebih rendah dari yang diharapkan, kondisi cuaca yang tak menentu serta kendala pasokan global, semuanya berkontribusi pada tingginya impor beras.
Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat pesat setiap tahunnya, konversi lahan pertanian serta fenomena alam seperti El Niño yang membawa pola hujan yang semakin tidak menentu, kekeringan berkepanjangan, suhu tinggi, dan banjir; semuannya memberikan tekanan berat pada produksi beras negeri yang produktivitas pertaniannya juga masih rendah.
Belum lagi kurang memadainya infrastruktur irigasi dan akses benih maupun pupuk bermutu
tinggi, serta masih rendahnya modernisasi budidaya dan penggunaan teknologi dalam pertanian.
Sistem distribusi beras yang tidak efisien, serta kehilangan panen dan pasca panen juga berkontribusi pada volatilitas harga serta ketidak-jelasan dalam ketersediaan pangan.
Impor beras memang sudah lama menjadi isu kontroversial di Indonesia.
Di satu sisi, impor dapat membantu menstabilkan harga dan memastikan ketersedian saat terjadi kekurangan pasok, tetapi di sisi lain impor menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya pada petani serta sektor pertanian secara luas.
Pendukung impor mengatakan impor beras perlu untuk menjaga ketahanan pangan, terutama dengan ketidakpastian produksi dalam negeri. Impor membantu menjaga tingkat cadangan beras yang memungkinkan pemerintah mengintervensi pasar untuk mencegah lonjakan harga serta melindungi konsumen yang paling rentan seperti rumah tangga berpenghasilan rendah, yang membelanjakan porsi besar dari pemasukan mereka untuk pangan.
Impor menyediakan semacam bantal pengaman saat kekurangan produksi, sehingga dapat
memastikan pasokan beras yang konsisten.
Sementara itu para pengkritik berpendapat bahwa ketergantungan terhadap impor merongrong produksi beras nasional. Impor membuat aliran investasi ke sektor pertanian mengecil dan juga memperlemah daya tahan sistem pangan national.
Volume impor yang tinggi juga membebani cadangan devisa negara dan mempengaruhi neraca perdagangan.
Pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan untuk mengurangi impor beras dengan mencoba mengatasi tantangan-tantangan produksi beras serta ketahanan pangan. Termasuk
dengan pemberian subsidi pupuk, benih maupun asupan pertanian lainnya, untuk mendukung petani dan meningkatkan produksi dalam negeri.
Walaupun masih jauh dari mencukupi, investasi juga telah diarahkan pada pembangunan sistem irigasi, fasilitas penyimpanan serta infrastruktur transportasi, untuk memperbaiki efisiensi serta ketahanan mata rantai pasok beras.
Perusahaan logistik pemerintah, yaitu BULOG, juga mengelola cadangan beras strategis untuk memastikan ketersediaan ketika keadaan darurat, serta untuk menstabilkan harga.
Namun pekerjaan rumah yang masih tersisa bagi pemerintah untuk meningkatkan produksi beras nasional juga masih banyak. Investasi di bidang riset dan pengembangan pertanian, peningkatan sistem irigasi serta mendorong praktik-praktik pertanian berkelanjutan penting
untuk meningkatkan hasil produksi beras.
Meningkatkan kuantitas maupun kualitas fasilitas penyimpanan serta infrastruktur transportasi maupun pemasaran akan dapat mengurangi kehilangan pasca panen serta memastikan bahwa beras dapat mencapai konsumen dengan harga yang terjangkau.
Impor beras harus digunakan sebagai alat strategi untuk menambah pasokan dari produksi domestik, dan bukan sebagai solusi jangka panjang. Pemerintah perlu dengan berhati-hati menyeimbangkan kebutuhan akan keamanan pangan dengan perlindungan petani Tidak kalah penting adalah perlunya mendorong pola konsumsi yang berkelanjutan dengan diet yang lebih beragam dan mengurangi limbah makanan, untuk meringankan tekanan terhadap produksi pangan serta sistem distribusinya pangan.
Pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi dengan diiringi investasi dalam praktik- praktik berkelanjutan, akan memungkinkan Indonesia meningkatkan ketahanannya terhadap
kejutan kejutan pasar pangan serta memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi populasinya yang terus berkembang.
Comments