Walau stok di dalam negeri masih mencukupi dan BULOG telah mengimpor beras,
harga bahan pokok di Indonesia ini tetap naik karena adanya berbagai kekhawatiran
sekitar pasokan baik dalam negeri maupun global dan kendala yang diakibatkan
kebijakan perdagangan Indonesia.
Sebenarnya, tren kenaikan harga bukan hanya terjadi bulan ini. Harga beras di
Indonesia sudah terpantau naik sejak tahun 2022 tetapi baru benar-benar menjadi
perhatian masyarakat seiring dengan disuarakannya beberapa kekhawatiran terkait
pasokan komoditi ini.
“Salah satu faktor yang menyebabkan harga beras naik di Indonesia pada bulan
Agustus 2023 adalah adanya sentimen pasar terhadap fenomena el-nino, yang
mungkin berdampak pada produksi padi, dan petani maupun pedagang
meresponsnya dengan menaikkan harga dipasar,” ujar Hasran, peneliti Center for
Indonesian Policy Studies (CIPS).
El Nino adalah fenomena iklim yang ditandai dengan suhu dan kondisi cuaca ekstrem
yang telah beberapa kali terjadi dan berdampak pada produksi pertanian maupun
perkebunan serta juga menimbulkan kerusakan lingkungan.
Pada tataran global, larangan ekspor beras jenis non-basmati mutih yang dikeluarkan
India, salah satu eksportir beras utama, Juli lalu serta naiknya harga beras di
beberapa negara eksportir lainnya seperti Thailand dan Vietnam, termasuk
menyusul larangan di India, ikut memicu kenaikan harga beras di Indonesia.
Di dalam negeri sendiri Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per 15 Agustus 2023
sudah mencapai 700.000 ton, atau 23 persen dari kebutuhan konsumsi bulanan, jauh
diatas paling tidak lima persen yang dibutuhkan agar cadangan itu bisa efektif.
Selain itu Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbaru --harga acuan pemerintah
dalam membeli beras atau gabah untuk mengisi CBP-- juga sudah dinaikkan dari
sebelumnya.
HPP beras terbaru diatur dalam Perbadan No. 6/2023, adalah Rp 5.000 dan Rp
5.100 untuk gabah kering panen (GKP) ditingkat petani dan penggilingan dan Rp
6.200 dan Rp 6.300 untuk gabah kering giling (GKG). Selain itu HPP di gudang Bulog
adalah sebesar Rp. 9.950. Kenaikan yang berkisar antara 18 persen hingga 20 persen.
Namun, meski pemerintah menetapkan Harga Eceran tertinggi (HET), antara Rp.
10.900 dan Rp. 11.800 untuk beras kualitas medium tergantung wilayahnya, dan
telah melakukan operasi pasar dengan melepas stok untuk meredam kenaikan
harga, harga beras sudah menyentuh Rp. 13.400, jauh diatas HET.
Yang perlu dilakukan oleh Indonesia agar ketersediaan beras di pasar domestik tetap
aman dan terjangkau adalah dengan melonggarkan pembatasan impor beras bagi
sektor swasta yang jauh lebih cepat tanggap terhadap situasi pasar.
Hal ini juga akan mendorong timbulnya iklim persaingan sehat dalam melakukan
impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia.
Pemerintah telah menetapkan target untuk menyerap 2,4 juta ton beras selama
tahun 2023, dimana 2 juta diantaranya perlu diserap selama musim panen Maret-
Juni 2023. Sayangnya serapan ternyata tidak sesuai yang ditargetkan sehingga impor
diperlukan untuk menutup kekurangannya.
Produksi dalam negeri juga tetap perlu digenjot. Untuk mensiasati El-Nino,
pemerintah perlu menfasilitasi distribusi benih yang tahan terhadap cuaca panas dan
kering serta mempersiapkan sistem irigasi.
Comments