top of page

Antisipasi Darurat Pangan Indonesia, Intensifikasi Lahan dan Perbaikan Irigasi Bisa Jadi Solusi

Darurat pangan yang dikhawatirkan di Indonesia harus segera ditindaklanjuti. Intensifikasi lahan dan perbaikan irigasi bisa menjadi solusinya.

 

"Intensifikasi lahan yang fokus pada pemanfaatan lahan yang sudah ada dengan menggunakan input pertanian berkualitas bisa mendukung sistem pertanian berkelanjutan dengan memastikan lingkungan bisa terus memberikan manfaat kepada manusia dengan cara yang aman," jelas Head of Research dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta.

 

Seperti yang kita ketahui, insiden El Nino pada tahun 2023 berimbas pada meningkatnya kekeringan dan insiden cuaca ekstrem membuat daerah sumber pangan Indonesia, khususnya Pulau Jawa kewalahan.

 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), panen padi di Indonesia di tahun 2023 turun sebesar 3,95 juta ton atau 17,54% lebih rendah dibandingkan 2022. Kondisi ini mengakibatkan inflasi pangan Indonesia meningkat dan menjadikannya yang tertinggi ke-4 di Asia Tenggara.

 

Data Trading Economics mencatat tingkat inflasi sektor pangan Indonesia adalah 3,09% di tahun 2021, kemudian 5,83% di tahun 2022, dan 6,18% di tahun 2023.

 

Kondisi kekeringan ini juga bisa menjadi lebih parah di masa depan. Studi Royal Meteorological Society (RMS) memprediksi Pulau Jawa berisiko mengalami penurunan curah hujan tahunan yang signifikan dibandingkan kondisi saat ini.

 

Ada penurunan berkisar rata-rata 10% hingga tahun 2060 dan 16,2% hingga akhir abad ini dan akan berdampak pada 73% dari total penduduk Jawa atau lebih dari 100 juta jiwa.

 

Penurunan curah hujan menyulitkan para petani dalam menentukan masa tanam dan masa panen. Hal ini akan berdampak pada jumlah produksi dan ketersediaan stok pangan di pasar, yang akan berdampak pada harga yang akan dibebankan kepada konsumen.

 

Baru-baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengingatkan perlunya mewaspadai kenaikan harga sejumlah komoditas, seperti cabai rawit, minyak goreng dan beras, karena berpotensi menyebabkan inflasi.

 

Harga cabai rawit mengalami kenaikan signifikan sebesar 10,40% pada minggu keempat Juli 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada Juni 2024. Tidak hanya cabai rawit, harga minyak goreng juga naik sebesar 1,06% pada minggu keempat Juli 2024 jika dibandingkan dengan Juni 2024. 

 

Beras juga mengalami fluktuasi harga dengan kenaikan sebesar 0,78% pada minggu keempat Juli 2024 dibandingkan dengan Juni 2024. 

 

Kenaikan harga beras yang terjadi sejak pertengahan tahun tentu perlu diwaspadai mengingat panen baru akan terjadi di sekitar September - Oktober. Dampak tidak memadainya stok beras bisa berlanjut hingga akhir dan awal tahun ketika jumlah permintaan cenderung bertambah daripada biasanya.

 

Melihat kondisi seperti ini, pemerintah dan pihak terkait perlu segera mengimplementasikan kebijakan yang tepat untuk mengatasi darurat pangan di Tanah Air.

 

Aditya juga menyebut upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan sangat mendesak untuk mengatasi seluruh tantangan yang ada di sektor pertanian.

 

Statistik dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menunjukkan produktivitas padi di Indonesia sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG). Ini mengalami penurunan sebanyak 767,98 ribu ton GKG (1,40%) dibandingkan 2022 yang sebesar 54,75 ton GKG.

 

Sementara produksi jagung pipilan kering sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 19,99 juta ton mengalami penurunan sebesar 2,37 juta ton (10,61%) dibanding tahun 2022 yang sebesar 22,36 juta ton.

 

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura mendesak dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian di Tanah Air, seperti penambahan jumlah penduduk, berkurangnya lahan produktif dan peningkatan daya beli masyarakat.

 

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, peningkatan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura diharapkan juga bisa meningkatkan daya saing pertanian nasional, karena peningkatan daya saing diharapkan bisa memunculkan peluang ekspor.

 

Ada sejumlah isu yang perlu dievaluasi sehubungan dengan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura, seperti catatan teknis terkait perhitungan produktivitas, tren perkembangan produktivitas dalam beberapa tahun terakhir, tingkat produktivitas padi dan palawija menurut profil budidaya usaha pertanian, disparitas atau kesenjangan produktivitas antar wilayah dan pengaruh teknologi melalui mekanisasi dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi di Indonesia.

 

"Selain intensifikasi lahan, peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya, perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, penggunaan modifikasi cuaca untuk mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian," jelas Aditya.

 

Walaupun sektor pertanian memainkan peran penting dalam usaha pencapaian ketahanan pangan, keadaan infrastruktur irigasi di Indonesia kini memprihatinkan.

 

Meskipun sistem pengelolaan air berbasis masyarakat di Indonesia sudah ada, sistem pertanian yang efisien dan inovatif juga penting dalam mengatasi kekurangan air. Teknologi dan pendekatan modern memungkinkan peningkatan hasil panen sambil mengurangi konsumsi air. Irigasi tetes atau drip irrigation, misalnya, menyalurkan air langsung ke akar tanaman, sehingga mengurangi penguapan dan pemborosan air.

 

Namun, teknologi mutakhir tidak akan berfungsi tanpa memungkinkan lingkungan untuk meningkatkan sistem pertanian Indonesia melalui kebijakan yang mengatasi tata kelola (misalnya, meningkatkan kapasitas Perkumpulan Pemanfaatan Air (P3A)), akses, dan hambatan penerimaan masyarakat.

 

Indonesia harus meningkatkan investasi dalam sistem irigasi yang dapat memastikan akses yang merata bagi seluruh petani di dalam satu wilayah irigasi pada setiap waktu.

 

Sebuah sistem irigasi yang dapat diandalkan dapat membantu petani menghadapi kekeringan yang semakin meningkat dengan memastikan ketersediaan air yang konsisten bagi tanaman mereka. 

 

Dengan menerapkan teknik-teknik irigasi modern seperti irigasi tetes (drip irrigation), irigasi sprinkler, sub irigasi dan hidroponik, para petani dapat mengoptimalkan penggunaan air dan menekan pemborosan air.

 

Sebuah aspek penting lainnya dari sistem irigasi yang baik adalah perannya dalam mendorong praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan.

 

Dengan teknik-teknik hemat air serta metode irigasi ramah lingkungan, seperti penggunaan air yang didaur ulang atau sumber-sumber air alami seperti hujan, petani dapat mengurangi dampak pada lingkungan serta menciptakan sistem produksi pangan yang lebih berkelanjutan.

 

Ini tidak saja akan melestarikan sumber daya air yang ada tetapi juga meningkatkan produktivitas tanaman sehingga pada jangka panjangnya juga berkontribusi pada ketahanan pangan.

 

Selain itu, sistem irigasi yang memadai juga dapat menghindari terjadinya banjir di daerah-daerah dengan curah hujan tinggi.

 

"Dengan pengelolaan aliran air serta drainase yang efisien, sistem irigasi dapat mengurangi risiko penggenangan serta erosi tanah yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen," tutupnya.

4 tampilan

Comentarios


Los comentarios se han desactivado.
bottom of page