Perdagangan dan Perannya terhadap Produktivitas dan Ketenagakerjaan di Industri Makanan dan Minuman

Industri makanan dan minuman sebagai salah satu manufaktur andalan pendukung pertumbuhan ekonomi nasional, berhasil mencatatkan diri sebagai subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas pada triwulan-III tahun 2022, yaitu sebesar 38,69%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalamnya. Sebagai negara dengan jumlah usaha UMKM terbanyak se-ASEAN, kontribusi UMKM di Indonesia terhadap PDB mencapai 60,5% dan berhasil menyerap 96,9% tenaga kerja nasional.

UMKM pada industri makanan dan minuman terus berperan penting dalam menunjang ekonomi nasional, meski upah pekerja pada sektor ini tergolong lebih rendah dibandingkan dengan upah sektor lain. Mengingat pentingnya sektor ini bagi perekonomian Indonesia, mendukung bertumbuhnya produktivitas usaha menjadi hal yang dapat berdampak bagi berbagai aspek. Meski demikian, produktivitas sendiri juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya ketersediaan dan biaya bahan produksi. Kebutuhan ketersediaan bahan baku murah berkualitas, dapat disediakan oleh pasokan domestik maupun melalui impor. Namun, bagaimana peranannya terhadap produktivitas dan ketenagakerjaan di sektor makanan dan minuman?

Untuk menggali lebih lanjut mengenai hal ini, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) akan mengajak para pakar untuk berdiskusi mengenai beberapa hal berikut:

1. Bagaimanakah ketersediaan sumber daya dalam negeri dalam menjamin ketersediaan bahan baku sektor makanan dan minuman?
2. Seperti apakah peranan bahan baku domestik maupun impor terhadap produktivitas dan ketenagakerjaan sektor makanan dan minuman khususnya UMKM?
3. Seperti apa kebijakan dan dukungan pemerintah, serta peranan sektor privat terhadap industri makanan dan minuman nasional?