top of page

Indeks Bu RT: Harga Beras September 2023

Diperbarui: 22 Des 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa beras merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar pada September 2023. Komoditas beras berkontribusi sebesar 0,55% dari total 2,28% inflasi tahunan dan menyumbang 0,18% dari total 0,19% inflasi bulanan (BPS, 2023a). Hal tersebut tercermin pada kenaikan harga beras yang tercatat baik di pasar tradisional maupun di beberapa supermarket di Jakarta.


Data PIHPS menunjukkan bahwa beras kualitas medium II pada bulan September 2023 di pasar tradisional di seluruh Indonesia rata-rata dijual pada harga Rp13.650 per kg. Harga pada bulan September 2023 ini naik sebesar 2,25%dibandingkan harga bulan sebelumnya (Agustus 2023) dan lebih tinggi 16,17% dari harga tahun sebelumnya (September 2022).



Gambar 1. Harga Beras di Pasar Tradisional Beberapa Provinsi Indonesia (Rp/kg) Agustus 2022 - September 2023


Sumber: PIHPS (2O23), diolah


Tidak hanya pada level nasional, kenaikan harga beras medium di pasar tradisional juga terjadi pada harga di beberapa provinsi. Provinsi dengan harga beras paling tinggi adalah Kalimantan Tengah yaitu dengan harga Rp. 15.450, sedangkan Provinsi dengan harga beras medium terendah adalah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar Rp 11.550.


Gambar 2. Harga Beras di Pasar Supermarket Jakarta (Rp/kg) Agustus 2022 - September 2023


Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2023)


Di saat yang sama, harga beras di beberapa supermarket di Jakarta juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada September 2023, harga beras medium dijual pada harga Rp14.347 per kg. Harga ini naik 3,45 % dibandingkan harga pada Agustus 2023 dan lebih tinggi 12,09 % dibandingkan harga pada September 2022.


Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Beras


Faktor pertama terjadinya kenaikan harga beras di Indonesia pada bulan september 2023 adalah adanya fenomena iklim El Nino (Setiawati, 2023). El Nino adalah fenomena iklim yang ditandai dengan suhu dan kondisi cuaca ekstrem dimana padi merupakan tanaman yang rentan kehilangan panen secara bersamaan selama peristiwa El Nino. Fenomena El-Nino mempengaruhi harga beras di Indonesia melalui pengurangan produksi karena adanya curah hujan yang berkurang (Dhamira & Irham, 2020).


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, per Juli 2023, realisasi produksi beras Indonesia sepanjang Januari-Juni 2023 diperkirakan 18,4 juta ton. Sementara proyeksi produksi pada Juli-September 2023 berkisar 7,24 juta ton. Dengan demikian, produksi beras sepanjang Januari-September 2023 diproyeksikan 25,64 juta ton.


Namun, angka itu lebih rendah dibandingkan dengan produksi beras periode sama tahun lalu yang tercatat 26,17 juta ton (Judith, 2023). Penurunan produksi beras ini diprediksi oleh BPS akan terjadi dari bulan agustus hingga akhir tahun 2023 mengikuti siklus waktu El-nino (Susanto, 2023).


Prediksi BPS ini cukup beralasan mengingat fenomena El-nino juga pernah melanda Indonesia di tahun 1997 dan 2002, El-Nino pernah melanda Indonesia dan menyebabkan penurunan produksi pada tahun-tahun tersebut (Dhamira & Irham, 2020).


Gambar 3. Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas, September 2022 – September 2023


Sumber: BPS (2023b)


Faktor kedua yang berkontribusi terhadap kenaikan harga beras adalah tingginya biaya produksi yang terproyeksi dari tingginya harga gabah. Sejak Agustus 2023, harga gabah kering secara keseluruhan telah mengalami peningkatan secara signifikan baaik ditingkat petani maupun ditingkat penggilingan. Data BPS (2023b) menunjukkan bahwa pada September 2023, harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani dan penggilingan telah menembus angka Rp 7.000, sedangkan harga gabah kering panen (GKP) telah mencapai Rp 6.000. Jika dibandingkan dengan September 2022, rata-rata harga GKG dan GKP telah mengalami kenaikan sekitar 26%.


Jika dibandingkan dengan negara produsen beras lainnya, harga produksi beras di Indonesia masih relatif lebih tinggi. Menurut Hutapea et.al (2022), biaya produksi beras di Indonesia mencapai 0,369 USD/kg, dimana angka tersebut jauh di atas Vietnam (0,154 USD/kg) dan Thailand (0,208 USD/kg). Tingginya biaya produksi di Indonesia disebabkan oleh rendahnya penggunaan teknologi pertanian sehingga produksi beras Indonesia menjadi mahal dan kurang efisien.


Faktor ketiga pendorong kenaikan harga beras di Indonesia adalah kebijakan restriksi ekspor beras di beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Pelarangan ekspor ini pertama kali terjadi ketika India melarang ekspor beras non-basmati putih pada bulan juli 2023. Sebagai eksportir utama beras dunia, kebijakan India ini memicu kepanikan global dan negara-negara pengimpor seperti China, Filipina, dan Nigeria beralih menyasar beras yang berasal Thailand, Vietnam, dan Pakistan (Biswas, 2023). Peralihan ini juga diikuti dengan kenaikan harga beras di Thailand dan Vietnam. Hasil kajian Bloomberg menunjukkan sejak India melakukan pelarangan ekspor beras non-basmati putih harga di beras di Asia mengalami peningkatan tertinggi selama 15 tahun terakhir (Bangkok Post, 2023).


Bagi Indonesia, fenomena pelarangan ekspor di India dan kenaikan harga di negara pengekspor lain berpotensi mengganggu pasokan beras dalam negeri. Sebelum adanya pelarangan ekspor ini, Indonesia dan India telah menandatangani MoU (Nota kesepakatan) dimana Indonesia akan melakukan impor sebanyak 1 juta ton dari India (Sandi, 2023). Pelarangan ekspor ini berarti Indonesia perlu mengalihkan sumber impor ke Thailand, vietnam, mapupun bangladesh. Mengingat harga di negara-negara tersebut juga telah mengalami kenaikan maka harga beras yang diimpor Indonesia juga ikut naik.


Faktor keempat penyebab naiknya harga beras di Indonesia pada bulan september 2023 adalah adanya kenaikan trend konsumsi masyarakat terhadap komoditas beras. Sepanjang Januari-September 2023, angka proyeksi konsumsi beras nasional bisa mencapai 22,89 juta ton, sementara pada periode sama tahun lalu konsumsinya 22,62 juta ton (Judith, 2023). Walaupun kenaikan konsumsi ini tidak begitu signifikan, ketika hal ini tidak didukung oleh produksi domestik maka petani dan pedagang akan melakukan penyesuaian harga untuk merespon sentimen pasar.


Kebijakan Pemerintah


Kebijakan pemerintah dalam menyikapi perkembangan harga beras di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kebijakan yang bersifat umum yaitu kebijakan yang dilakukan secara kontinuitas dan kebijakan yang bersifat khusus yaitu kebijakan yang diterapkan pada saat-saat tertentu saja. Kebijakan yang bersifat umum diantaranya adalah Operasi pasar, Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Di sisi lain, kebijakan yang bersifat khusus yang saat ini diterapkan Indonesia diantaranya adalah Kebijakan impor dan Gerakan Nasional Penanganan El Nino. Secara garis besar, kebijakan terkait harga beras di Indonesia masih berfokus pada


Operasi Pasar

Operasi pasar adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk mencegah atau mengelola lonjakan harga beras yang terjadi di wilayah-wilayah tertentu selama periode waktu tertentu dengan menggunakan cadangan beras pemerintah (CBP). Operasi pasar dan CBP diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 12/2017 dan Peraturan Bapanas No 12 Tahun 2022,, di mana Bulog ditunjuk sebagai pelaksana program untuk mendistribusikan CBP kepada konsumen di pasar tradisional, pasar grosir, dan lokasi lain yang mudah diakses. Dalam menjalankan peranannya, Bulog harus menjual beras medium dengan harga yang tidak melebihi HET. Adapun pengadaan beras oleh Bulog untuk CBP diprioritaskan kepada produksi domestik atau BUMN Pangan.


Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

Untuk mengisi cadangan beras pemerintah (CBP), pemerintah menetapkan harga maksimal yang mampu dibeli oleh pemerintah terhadap beras maupun gabah ditingkat petani. Dengan adanya harga pembelian pemerintah, maka cabang-cabang Bulog di seluruh Indonesia perlu melakukan pembelian pada harga yang telah ditentukan. Saat ini, HPP diatur dalam Peraturan Badan Pangan (Perbadan) No. 6/2023 yang mengubah ketentuan sebelumnya dalam Permendag No. 24/2020. Penjabaran HPP dapat disajikan dalam tabel berikut:


Tabel 1. Harga Pembelian Pemerintah atas Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG)


Tabel 2. Harga Pembelian Pemerintah atas Beras di Gudang Perum Bulog


Berdasarkan laporan BPS, harga gabah kering panen (GKP) pada bulan september 2023 adalah sebesar Rp. 6.514. Harga ini naik 11,69% dari bulan sebelumnya, naik 26,70% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, serta lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan dalam Perbadan No. 6/2023. Di saat yang sama, Gabah kering Giling (GKG) di jual pada harga Rp. 7.386. Harga ini naik 9,26% dari bulan lalu, naik 27,31% dibanding tahun sebelumnya, dan lebih mahal Rp 1.000 dibanding harga yang ditetapkan dalam Perbadan No.6/2023.


Harga Eceran Tertinggi (HET)

Pemerintah telah menerapkan harga eceran tertinggi (HET) yang diatur dalam Permendag No. 57/2017 untuk menjaga stabilitas dan kepastian harga, serta keterjangkauan harga beras bagi konsumen. Namun, karena banyak pedagang yang terus menjual beras di atas HET, pemerintah telah memutuskan untuk mengubah HET seperti berikut melalui Peraturan Badan Pangan (Perbadan) No. 7/2023:


Tabel 3. Perbandingan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada Permendag 57/2017 dan Perbadan 7/2023


Pada bulan september 2023, data PIHPS menunjukkan bahwa beras kualitas medium dijual pada harga Rp 13.650 jauh dari rata-rata harga di setiap wilayah yang ditetapkan dalam Perbadan No. 7/2023. Misalnya di wilayah Kalimantan dan NTB yang seharusnya dijual pada harga Rp. 11.500 dan Rp. 10.900 berdasarkan Perbadan No. 7/2023, kini dijual pada kisaran harga Rp 15.450 dan Rp 11.550.


Impor 2 Juta ton Beras

Selama tahun 2023, Indonesia melalui Bulog berencana mengimpor 2 juta ton beras. Impor ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 429.207 ton (Ahdiat, 2023). Peningkatan jumlah impor yang signifikan ini dilakukan untuk menyikapi penurunan produksi yang diprediksi akan turun selama tahun 2023 akibat adanya fenomena iklim El-Nino. Ditambah lagi, pada tahun 2023 pemerintah mengagendakan menyalurkan bantuan pangan berupa beras kepada masyarakat kurang mampu dari bulan September hingga November dengan menyalurkan sebanyak 630 ribu ton beras (Bapanas, 2023).

Dari total 2 juta ton rencana impor ini, yang sudah berhasil masuk ke Indonesia maupun yang saat ini sedang dalam perjalanan per September 2023 adalah sebanyak 1.028.478 Ton. Berbeda dengan tahun lalu yang didominasi oleh impor dari India, tahun 2023 impor Indonesia sebagian besar berasal dari Thailand, Vietnam (Damiana, 2023). Penyebab utama bergesernya sumber impor dari India ke Thailand dan Vietnam adalah adanya kebijakan pelarangan ekspor beras non-basmati putih. Kebijakan India ini membatalkan MoU impor beras sebanyak 1 juta ton dengan Indonesia sehingga Indonesia mengalihkan alternatif impornya ke Thailand dan Vietnam.



Gerakan Nasional Penanganan El Nino

Sebagai respon terhadap El Nino yang berdampak pada produksi beras di Indonesia, Kementan telah mencanangkan Gerakan nasional Penanganan El Nino melalui Melalui Keputusan Menteri Pertanian RI No : 455/Kpts/OT.050/M/08/2023 (Kementan, 2023a). Gerakan ini dilakukan dengan menambah luas panen sebesar 500 hektar di 10 provinsi yang meliputi: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, dan NTB (Abay, 2023; Kementan 2023b). Selain itu, gerakan ini juga meliputi mitigasi sumber air, pengawalan, serta pemetaan daerah terdampak El Nino.


Posisi CIPS

Menyikapi fenomena kenaikan harga dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait harga beras di Indonesia pada bulan september 2023, CIPS menetapkan posisinya sebagai berikut:


● Adopsi teknologi pertanian merupakan solusi jangka panjang untuk stabilitas harga beras. Selain meningkatkan efisiensi produksi, teknologi pertanian yang maju juga dapat meningkatkan ketahanan komoditas beras terhadap dinamika perubahan iklim serti El Nino. Oleh karena itu, perlu adanya lingkungan yang mendukung investasi teknologi di bidang pertanian, terutama dari pihak swasta.


● Tingginya peran Bulog dan BUMN dalam intervensi harga beras di Indonesia memicu risiko politik sehingga membuat investor, terutama swasta, enggan untuk melakukan investasi di sektor pertanian yang meliputi komoditas beras. Sedangkan, mekanisme pasar yang lebih bebas akan mempermudah investor untuk memprediksi risiko dan peluang sehingga meningkatkan minat untuk investasi.


●Tidak hanya membuka peluang untuk investasi, mekanisme pasar bebas juga memungkinkan Indonesia untuk menjual dan membeli beras dengan kualitas tinggi dengan harga yang serendah mungkin melalui peran swasta. Maka dari itu, kompetisi impor sebaiknya ditingkatkan dengan menghapus monopoli bulog dalam impor beras.



Referensi

Abay, U. (2023, August 7). Targetkan 10 Provinsi, Gerakan Nasional Penanganan Dampak El Nino Dimulai di Sumatera Selatan. Swadaya Media Bisnis Pertanian. https://www.swadayaonline.com/artikel/13496/Targetkan-10-Provinsi-Gerakan-Nasional-Penanganan-Dampak-El-Nino-Dimulai-di-Sumatera-Selatan/

Ahdiat, A. (2023, June 26). Stok Cadangan Pangan Pemerintah Juni 2023, Mayoritas Masih di Bawah Target. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/26/stok-cadangan-pangan-pemerintah-juni-2023-mayoritas-masih-di-bawah-target

Bangkok Post. (2023, August 9). Asian rice prices reach 15-year high. Bangkok Post. https://www.bangkokpost.com/business/general/2626469/asian-rice-prices-reach-15-year-high. View our policies at http://goo.gl/9HgTd

Bapanas. (2023, September 11). Presiden Joko Widodo Kembali Luncurkan Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk Bantuan Pangan. Bapanas. https://badanpangan.go.id/blog/post/presiden-joko-widodo-kembali-luncurkan-penyaluran-cadangan-beras-pemerintah-cbp-untuk-bantuan-pangan

Biswas, Soutik. (2023, August 1). Why India's rice ban could trigger a global food crisis. BBC NEWS. https://www.bbc.com/news/world-asia-india-66360064


Damiana. (2023, September 23). Ternyata, Beras Impor Bulog Masuk Wilayah RI Baru 1 Juta Ton. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20230925140139-4-475315/ternyata-beras-impor-bulog-masuk-wilayah-ri-baru-1-juta-ton

Dhamira A, Irham. (2020). The Impact of Climatic Factors on Rice Production in Indonesia. Yogyakarta. AGRO EKONOMI, Vol 31, Issue1, June 2020. https://journal.ugm.ac.id/jae/article/view/55153/27935

Hutapea, Rondald TP, Ramadhan RP, Tulalo MA, Ngongo Y. (2022). Competitiveness of Indonesian Rice Prices in The International Market. E3S Web of Conferences 361, 01016 (2022). https://www.e3s-conferences.org/articles/e3sconf/pdf/2022/28/e3sconf_iconard2022_01016.pdf

Kementan. (2023a). Jaga Produktivitas di Tengah El Nino, Kementan Siagakan Mobil Pompa di Banten. Kementan. https://bppsdmp.pertanian.go.id/blog1/post/jaga-produktivitas-di-tengah-el-nino-kementan-siagakan-mobil-pompa-di-banten

Judith MP. (2023, August 3). Produksi Beras RI Diproyeksikan Turun 530.000 Ton Gara-gara El Nino. Kompas. https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/08/02/duh-produksi-beras-ri-diproyeksikan-turun-530000-ton-gara-gara-el-nino

Sandi, Ferry. (2023, September 04). RI Batal Impor Beras India, Ganti Ambil dari Thailand-Vietnam. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20230904154414-4-469005/ri-batal-impor-beras-india-ganti-ambil-dari-thailand-vietnam

Setiawati. (2023, September 28). Terungkap! Ini Biang Kerok Harga Beras Meroket Hingga 16%. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230928091238-128-476205/terungkap-ini-biang-kerok-harga-beras-meroket-hingga-16

Susanto VY. (2023, October 3). BPS: Ada Kecenderungan Penurunan Jumlah Produksi Beras Hingga Akhir Tahun 2023. Kontan. https://nasional.kontan.co.id/news/bps-ada-kecenderungan-penurunan-jumlah-produksi-beras-hingga-akhir-tahun-2023

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page