top of page
Gambar penulisNadia Fairuza

Urgensi Membangun Sistem Pendidikan Berdaya Lenting

Diperbarui: 12 Jun 2022

Pendidikan adalah sektor yang sangat rentan disrupsi saat krisis dan bencana. Pandemi Covid-19 misalnya, telah memaksa lebih dari 290 juta siswa di dunia untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh akibat penutupan sekolah. Fenomena dengan skala sebesar ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.


Bercermin pada konteks Indonesia, proses pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan lebih dari satu setengah tahun lamanya dipercaya tidak efektif. Sistem pembelajaran ini menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya akses pembelajaran terutama di daerah rural dan diantara keluarga miskin serta penurunan kesehatan mental dan fisik guru dan siswa.


Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mempermudah pembelajaran jarak jauh dan mempercepat pelaksanaan pembelajaran tatap muka, seperti distribusi paket bantuan internet gratis, pemberlakuan kurikulum darurat, diversifikasi media pembelajaran melalui televisi dan radio, hingga vaksinasi bagi tenaga pendidikan dan siswa, efek samping pandemi berupa penurunan kemampuan belajar (learning loss) tidak terhindari.


Data dari Bank Dunia memperlihatkan bahwa siswa di Indonesia mengalami learning loss setara dengan 0,9 tahun atau sekitar 10 bulan sejak pandemi tahun lalu dan kehilangan 25 poin pada skor literasi PISA.


Persoalan lain yang sama mendesaknya atau bahkan lebih, adalah krisis iklim yang dampaknya sudah dapat dirasakan saat ini. Krisis iklim mengancam keselamatan hidup populasi dunia, terutama generasi muda. Jumlah bencana alam yang diasosiasikan dengan krisis iklim meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari BNPB, jumlah bencana di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Per 2020, terjadi 4.650 bencana alam di Indonesia atau hampir tiga kali lipat dari jumlah bencana yang tercatat terjadi sepuluh tahun lalu.


Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban dari bencana yang disebabkan krisis iklim juga cenderung mengalami penurunan pencapaian pendidikan secara keseluruhan, kemunduran performa akademik dan lebih sering absen dari sekolah.


Bahaya pandemi dan krisis iklim memperlihatkan bahwa sistem pendidikan wajib dilindungi agar masyarakat, terutama generasi muda sebagai penerima manfaat dari sistem pendidikan, dapat menjalankan perannya di tengah-tengah komunitas untuk menghadapi dan menyelesaikan ancaman konflik, krisis dan bencana di masa yang akan datang.


Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan berdaya lenting?


Sistem pendidikan berdaya lenting adalah sebuah kerangka pemikiran yang mencakup berbagai konsep. Berdasarkan pemaparan dari UNESCO, sistem pendidikan berdaya lenting adalah sistem pendidikan yang memiliki perencanaan matang untuk mencegah, menanggapi dan bertahan dalam kondisi darurat seperti krisis, konflik bahkan pandemi.


Selain itu, sistem pendidikan berdaya lenting juga perlu mempersiapkan guru dan siswa untuk dapat beradaptasi menghadapi tantangan di masa depan. Fokus dalam mempersiapkan sistem pendidikan yang berdaya lenting merupakan topik yang semakin sering dibahas terutama dalam proses pemulihan pandemi Covid-19.


Jauh sebelum pandemi, sistem pendidikan yang berdaya lenting seharusnya sudah menjadi fokus khusus bagi Indonesia yang memiliki karakteristik geografi rawan bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan lain-lain. Mitigasi bencana yang mencakup perencanaan proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan selama dan setelah berakhirnya bencana sudah seharusnya direncanakan secara sistematis.


Sayangnya, saat ini sistem pendidikan di Indonesia belum cukup kuat untuk menghadapi tantangan dan krisis di masa depan. Pemerintah memang sudah memiliki rencana konkret untuk mempersiapkan sistem pendidikan berdaya lenting. Pada tahun 2019 lalu, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan untuk memasukkan pelajaran terkait dengan tanggap bencana di kurikulum sekolah, yang kemudian diwujudkan dengan Permendikbud Nomor 33/2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Tanggap Bencana (SPAB) untuk mempersiapkan sekolah serta perangkat sekolah dalam menghadapi bencana.


Akan tetapi, masih banyak yang perlu dipersiapkan untuk benar-benar mendorong terciptanya sekolah tanggap bencana. Sebagai contoh, infrastruktur pendidikan yang ada saat ini belum banyak yang masuk kategori tahan bencana. Bahkan masih banyak infrastruktur sekolah yang jauh dari kategori layak, terutama di pedesaan.


Pandemi Covid-19 ini juga memperlihatkan bahwa bencana alam bukanlah satu-satunya tantangan yang perlu diperhatikan. Pembatasan fisik yang memaksa pembelajaran dilakukan di rumah secara mandiri memperlihatkan pentingnya infrastruktur pendukung pembelajaran seperti akses internet dan telekomunikasi.


Meskipun sekolah sudah berangsur-angsur dibuka, perlu ada sebuah mekanisme yang mengatur bagaimana pengajaran dapat dilakukan tanpa perlu berpusat di sekolah dengan risiko learning loss yang minim. Tentu saja ini bukan hal yang mudah dirumuskan mengingat keragaman kondisi dan konteks ekonomi sosial di tiap daerah.


Sistem pendidikan berdaya lenting juga perlu mempersiapkan siswa untuk tetap dapat berkembang di tengah-tengah kondisi sulit. Pada saat ini, konten pembelajaran yang diajarkan di kelas belum sepenuhnya relevan dengan berbagai perubahan dunia.


Metode pembelajaran yang diajarkan di Indonesia pada saat ini umumnya belum mengedepankan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan belum fokus pada konten-konten pembelajaran yang meningkatkan daya saing siswa. Padahal kemampuan inilah yang akan membantu generasi muda untuk menghadapi berbagai krisis dan konflik di masa depan.


Lalu, bagaimana caranya agar sistem pendidikan dapat selalu merespon tantangan zaman?


Pendidikan kebencanaan seharusnya dapat dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Untuk merespon konflik dan bencana di masa depan, sebuah kerangka kerja perlu dibangun untuk mengurangi kerentanan siswa, guru, sekolah dan pemangku kepentingan relevan lainnya.


Berdasarkan studi dari Torani et al. (2019), pendidikan kebencanaan merupakan langkah paling hemat dan tepat untuk meminimalisir dampak konflik dan bencana. Mengingat ini adalah bagian dari kemampuan bertahan hidup, sudah sepatutnya pendidikan kebencanaan diajarkan sejak usia dini.


Pembangunan infrastruktur dan teknologi pendidikan yang merata di berbagai daerah merupakan komitmen pemerintah yang wajib diwujudkan dan dikawal bersama-sama prosesnya. Pemerataan akses pendidikan menjadi sangat penting dalam memperkecil kesenjangan pendidikan antar daerah urban dan pedesaan di Indonesia. Akses infrastruktur pendidikan yang merata,pada partisipasi belajar siswa dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di masa depan.


Selanjutnya, sistem pendidikan yang berdaya lenting akan selalu memprioritaskan pengembangan kemampuan fundamental seperti literasi dan numerasi yang menjadi bahan dasar bagi penguasaan ilmu-ilmu lainnya. Tanpa dasar-dasar ini, siswa akan kesulitan mempelajari ilmu-ilmu yang lain yang akan berguna bagi kehidupan mereka kedepannya. Berbagai kompetensi yang dibutuhkan saat ini, terutama yang berkaitan dengan kompetensi teknologi dan digital membutuhkan kemampuan literasi dan numerasi yang baik.


Kemampuan inovasi, beradaptasi dan berpikir kritis menjadi kunci dalam menjalankan sistem pendidikan berdaya lenting. Kemampuan ini perlu diajarkan sedari dini kepada siswa dan guru sebagai modal untuk menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam sistem pendidikan.


Sistem pendidikan di Indonesia yang tergolong kaku dan hanya memprioritaskan pemenuhan kurikulum juga perlu diubah. Pembelajaran harus difokuskan pada aktivitas yang merangsang proses berpikir, dengan melalui diskusi dan penekanan kepada kemampuan pemecahan masalah.


Terakhir, perlu adanya kesadaran di antara para pemangku kepentingan akan pentingnya peran pendidikan dalam menghadapi perubahan zaman. Semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam sistem pendidikan seperti pemerintah, sekolah, guru, orang tua, siswa, komunitas, dan lain-lain harus memiliki pandangan yang sama agar dapat mewujudkankan sistem pendidikan berdaya lenting yang dapat memitigasi bencana dan mempersiapkan generasi muda untuk berbagai tantangan di masa depan.

604 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


Commenting has been turned off.
bottom of page