Dear Pembaca,
Tak terasa sudah bulan November saja, dan sebentar lagi kita akan mengakhiri tahun 2021 ini. Bulan November adalah bulan dimana kita merayakan Hari Guru nasional pada tanggal 25. Hari yang ditetapkan dengan keputusan presiden 27 tahun yang lalu untuk menghormati profesi guru serta peran penting mereka dalam membentuk karakter bangsa. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mendefinisikan peran penting guru sebagai manusia pengubah yang berkarakter kreatif, inovatif dan berdedikasi. Banyak sudah contoh guru yang berdedikasi, setia mengajar walaupun dengan fasilitas minim serta kondisi lingkungan maupun sosial yang sulit, tetapi apakah kedua karakter lainnya sudah terpenuhi? Selama 18 bulan terakhir, banyak guru telah menggunakan produk dan layanan Teknologi Edukasi (EdTech) untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Penelitian CIPS memperlihatkan bahwa para guru perlu menguasai literasi digital agar dapat meintegrasikan Edtech dalam pembelajaran dan membimbing siswa dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Namun pandemi telah menunjukkan betapa inovasi dan kreatifitas para guru masih jauh dari harapan. Tidak semua guru memang, tetapi guru kreatif hanya seperti dalam pepatah bahasa Inggris,”the exception that proves the rule." Banyak dari para guru ini tidak saja masih gagap dalam mencerna dan menerapkan teknologi dalam mengajar, tetapi juga seringkali masih terpaku dengan kebiasaan mengajar satu arah mereka, yang sebenarnya juga sudah lama tidak cocok lagi. Kami meyakini bahwa untuk menciptakan anak didik yang kreatif dan inovatif, mereka memerlukan dasar pengetahuan dan keterampilan dasar yang baik. Keterampilan dasar ini mencakup keterampilan numerik dan literasi, termasuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu, guru perlu menguasai beragam kemampuan ini dan juga kemampuan menularkannya secara efektif kepada anak didiknya. Masih rendahnya penguasaan keterampilan dasar siswa di Indonesia ini tercermin dalam hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 62 dari 70 negara yang dinilai. Menyedihkan bukan? Penilaian tersebut memperlihatkan bahwa di tahun 2018, 70 persen anak Indonesia memiliki kemampuan membaca yang berada dibawah tingkat kompetensi minimum, 71 persen dalam matematika dan 60 persen dalam sains. Kami di CIPS banyak mengupas mengenai tantangan yang dihadapi para guru ini dalam melaksanakan pengajaran yang efektif termasuk melalui pembelajaran jarak jauh seperti yang dituntut pandemi. Kami juga terus mendorong agar pemerintah maupun pihak swasta memberikan perhatian kepada tantangan ini dan mendorong pembekalan para guru dengan keterampilan mengajar yang selaras dengan perkembangan zaman, yang mampu menghasilkan anak didik dengan keterampilan dasar yang kuat demi masa depan mereka. Guru memang bukan satu satunya faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Orangtua pun berperan besar, dan mereka juga perlu mendapatkan pembekalan serupa. Belum lagi infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran pembelajaran seperti layanan internet yang merata dan terjangkau serta berbagai perangkat pendukung pembelajaran daring. Baik pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat pada umumnya memiliki peran dan tanggung jawab yang penting dalam memastikan bahwa anak didik kita, generasi penerus kita, terbekali dengan baik untuk menghadapi dan mengatasi tantangan-tantangan di masa depan mereka. Tanpa mengurangi rasa terima kasih kami yang tak berhingga untuk dukungan anda selama ini dalam membantu kami mencapai tujuan-tujuan kami, kami juga berharap dukungan dan kerjasama ini akan dapat terus terjalin! P.S. Mari ikut berbincang mengenai bagaimana kebijakan dapat memberdayakan masyarakat untuk mengatasi tantangan pendidikan bersama saya dan teman-teman CIPS di IdeaFest 2021 mendatang. Salam hangat, Latasha Safira Kepala Peneliti Bidang Pendidikan Center for Indonesian Policy Studies
Comments