top of page

Hari Gizi Nasional, Momentum Garis Bawahi Pentingnya Gizi dalam Cegah Stunting

Hari Gizi Nasional yang di Indonesia dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 25 Januari, tahun ini mengambil tema “MP-ASI (Makanan pendamping air susu ibu) Kaya Protein Hewani Cegah Stunting”, menggarisbawahi pentingnya gizi dalam menekan prevalensi stunting yang sayangnya masih tinggi di negeri kita ini.


"Stunting membawa berbagai dampak negatif pada kesehatan baik mental maupun fisik, dan ini akan mempengaruhi produktivitas ekonomi pada tingkat nasional kelak. Untuk mencapai Indonesia Emas dengan generasi yang sehat dan cerdas, perlu usaha keras untuk menjamin akses anak pada nutrisi yang mencukupi,” ujar Azizah Fauzi, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS).


Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak yang tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi di bawah median standar pertumbuhan anak WHO.


Stunting disebabkan oleh ketidakcukupan gizi baik pada anak maupun ibu hamil, atau juga infeksi kronis. Pemerintah telah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari 21,6 persen di tahun 2023 menjadi 14 persen tahun ini.


Penurunan ini diharapkan dapat dicapai dengan mengampanyekan perjuangan menuju Indonesia sehat dan bebas kekurangan gizi kronis (stunting) dengan distribusi gizi yang seimbang dan merata ke seluruh daerah di Indonesia, tanpa terkecuali.


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pemberian ASI eksklusif adalah kunci penurunan stunting.


Anak yang diberi ASI terbukti lebih cerdas, kurang berisiko menjadi obesitas dan terkena alergi makanan, dan asma. Sementara ibu yang menyusui memiiki risiko lebih rendah untuk terkena kanker payudara dan ovarium, serta depresi pasca melahirkan.


Sebagai standar ideal yang direkomendasikan oleh WHO, pemberian ASI eksklusif paling tidak direkomendasikan untuk enam bulan pertama si bayi. Setelah itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka yang terus berkembang, anak sebaiknya mendapatkan makanan pendamping dengan gizi mencukupi serta aman.


Sebuah studi dari World Nutrition Journal, menemukan asupan protein yang rendah merupakan salah satu faktor risiko utama dibalik stunting di negara-negara berkembang. Protein penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mental dan fisik anak, produksi enzim dan hormon serta mendukung sistem imunitas.


Protein dapat diperoleh dari kacang-kacangan dan biji-bijian maupun daging, telur, dan susu serta olahannya.


Namun asupan protein saja tidak mencukupi untuk mencegah stunting. Asupan makanan yang beragam juga perlu untuk memastikan bahwa anak mendapatkan gizi yang mereka perlukan untuk pertumbuhan dan perkemangan yang optimal.


Permasalahannya adalah bahwa baik asupan protein hewani maupun pangan bergizi lainnya seringkali tak terjangkau bagi banyak kalangan, akibat harganya yang tinggi. Sebuah studi CIPS menemukan korelasi signifikan antara harga pangan dan prevalensi stunting.


Untuk menjamin akses berkelanjutan pada pangan bergizi, kebijakan perdagangan yang menyebabkan tingginya harga harga komoditas pangan, seperti pembatasan impor, sistem kuota, sistem perizinan impor yang berbelit, perlu ditinjau Kembali. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut merongrong efektivitas usaha pemerintah untuk menekan prevalensi stunting.

14 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page